Kebumen | |
---|---|
Ibu kota kabupaten | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Kabupaten | Kebumen |
Peresmian ibu kota | 1950 |
Dasar hukum | UU No. 13/1950 |
Luas | |
• Total | 42.04 km2 (16.23 sq mi) |
Penduduk | |
• Total | 121,580 Jiwa |
Zona waktu | WIB |
Desa/Kelurahan
Desa
Kecamatan Kebumen di bagi menjadi 24 desa, yaitu:Kelurahan
Kecamatan Kebumen di bagi menjadi 5 kelurahan, yaitu:Batas wilayah
Utara | Kecamatan Alian |
Selatan | Kecamatan Buluspesantren |
Barat | Kecamatan Pejagoan dan Kecamatan Klirong |
Timur | Kecamatan Alian, Kecamatan Poncowarno dan Kecamatan Kutowinangun |
Geografis
Kecamatan Kebumen terletak pada 7°40′15.3″S 109°39′39.0″E. Topografi wilayah Kecamatan Kebumen sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 22-150 meter di atas permukaan air laut. Wilayah tertinggi berada di bagian utara pada Perbukitan Wadang-Sumbul yang meliputi Desa Gemeksekti dan Desa Jemur. Selain itu dibagian timur terdapat Perbukitan Bulupitu yang meliputi Desa Argopeni dan Desa Roworejo. Kecamatan Kebumen dilintasi dua sungai besar yakni Sungai Luk Ulo disebalah barat dan Sungai Kedungbener disebalah timur.Sejarah rakyat
Nama Kebumen konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada 26 Juni 1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I. Sebelumnya, daerah ini sempat tercatat dalam peta sejarah nasional sebagai salah satu tonggak patriotik dalam penyerbuan prajurit Mataram pada zaman Sultan Agung ke benteng pertahanan Belanda di Batavia. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer.Salah seorang cicit Pangeran Senopati yaitu Bagus Bodronolo yang dilahirkan di Desa Karanglo, Panjer, atas permintaan Ki Suwarno, utusan Mataram yang bertugas sebagai petugas pengadaan logistik, berhasil mengumpulkan bahan pangan dari rakyat di daerah ini dengan jalan membeli. Keberhasilan membuat lumbung padi yang besar artinya bagi prajurit Mataram, sebagai penghargaan Sultan Agung, Ki Suwarno kemudian diangkat menjadi Bupati Panjer, sedangkan Bagus Bodronolo ikut dikirim ke Batavia sebagai prajurit pengawal pangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar